Kesejarahan Ilmu Falak: Dipelajari dari Setiap Periode Nabi

waktu baca 6 menit
Jumat, 15 Sep 2023 22:40 0 50 Rumah Moderasi

Ilmu falak mendasarkan pada pemahaman eksakta karena karakteristik dari keilmuan ini memadukan antara matematika dan fisika. Objek kajian falak terkait erat dengan bumi, bulan, matahari dan benda-benda langit lainnya.

Objek kajian ilmu falak sama dengan ilmu astronomi, pengertian semacam ini tumbuh pada masa kejayaan Islam. Dalam keilmuan falak Islam, ilmu ini mempunyai banyak nama dan cabang, antara lain ilmu Rashd, ilmu Miqaat, ilmu Hisab, ilmu Hai’ah, dan ilmu Handasah. Istilah-istilah tersebut banyak kita jumpai dalam literatur falak berbahasa Arab. Menurut Yahya Syami, dalam ‘Ilm al-Falak min Shafahat at-Turats al-‘Ilm, pada zaman dahulu ilmu falak lebih dikenal dengan sebutan ilmu Hai’ah.

Ilmu Falak mempunyai kedudukan penting dalam Islam. Karena ibadah akan sempurna dengannya. Beberapa ulama, Ibnu Hajar dan Syekh Ramli misalnya, mempertegas bahwa bagi orang yang hidup dalam kesendirian mempelajari ilmu falak hukumnya fardlu ‘ain. Sedangkan bagi masyarakat umum hukumnya fardlu kifayah. Seperti ini pula yang dikatakan Syekh Muhammad Yasin al-Fadani dan ulama lainnya.

Dalam sejarahnya ilmu falak atau astronomi sering disebut sebagai ilmu tertua. Entah siapa penemu awalnya, tentu tidak mudah menjawabnya. Dua astronom asal University of Glasgow A. E. Roy dan D. Clarke mengakui tidak tahu siapa astronom pertama, yang mereka yakini bahwa ilmu astronomi maju di bagian Eropa pada pertengahan milenium ketiga (3000 tahun) SM dan orang-orang Cina telah mempunyai sekolah astronomi sejak 2000 SM. Namun Ada beberapa literatur yang menyatakan bahwa peletak dasar ilmu falak adalah Nabi Idris as. yang dalam mitologi Yunani biasa disebut Hermes. Pernyataan ini dapat kita temukan dalam kitab Al-Khulashoh Al-Wafiyah karya Syekh Zubair Umar al-Jailani, dan al-Mawahib al-Jazilah karya Syekh Muhammad Yasin al-Fadani, demikian juga menurut H. A. R. Gibb dan J. H. Kramers dalam Shorter Encyclopaedia of Islam. 

Lain dari itu, dalam kitab Sabaik adz-Dzahab fi Ma’rifah Qabail al-Arab yang ditulis Syekh Muhammad Amin al-Baghdadi as-Suwaidi menegaskan bahwa penemu ilmu falak adalah Unusy bin Syit bin Adam. Menurutnya, Unusy adalah orang pertama yang mengenal tulisan dan orang pertama mengenal ilmu hisab, baik hisab bulan maupun tahun. Ia seorang nabi yang tidak disebutkan namanya dalam Al-Quran. Adapun Nabi Idris disebutnya sebagai orang yang pertama kali memopulerkan ilmu hikmah, ilmu nujum, termasuk ilmu berhitung matematika, dan rahasia-rahasia falak.

Kalau ditelusuri lebih dalam, ilmu falak sebenarnya telah dimainkan perannya oleh para nabi. Dalam kitab al-Kamil fit Tarikh, disebutkan bahwa Nabi Adam merupakan pelopor ilmu falak, karena firman Allah SWT wa ‘allama adam al-asma’a kullaha (Allah mengajarkan Adam akan semua nama). Nabi Adam mengajarkan nama-nama waktu siang dan malam. Namun konsep siang malam ketika itu bukanlah sama rata 24 jam, hanya saja 24 waktu yang berbeda-beda awal dan akhirnya. Allah juga menurunkan peralatan Handasah kepada Nabi Adam. Kepada Nabi Idris juga Allah ajarkan tentang waktu siang dan malam. Kemudian Nabi Nuh, dialah orang pertama yang membuat kapal dengan mengarahkan lima sisinya ke arah konstelasi Banat Na’sy (Ursa Major), yakni konstelasi yang berada di langit utara. Nabi Daniel menemukan manzilah bulan (lunar mansion) dan buruj asy-Syams, Nabi Daud menemukan kompas, karena dialah yang bisa melemahkan besi; ada juga yang mengatakan bahwa penemunya adalah Nabi Khidir, dan menurut pendapat lain, penemunya adalah Iskandar Dzulqarnain.

Nabi Musa, kontribusinya dalam ilmu falak, dialah orang yang pertama kali membuat sejarah hari raya paskah. Hari raya paskah menurut Yahudi (Israil) adalah peringatan saat keluarnya mereka dari Mesir, ini kaitannya dengan sistem penanggalan. Dalam sejarahnya juga disebutkan bahwa hari Sabtu berawal dari kisah Bani Israil yang disuruh beribadah khusus di hari yang ditentukan, yaitu Sabtu. Di lain sisi, Nabi Musa jualah orang yang diisyaratkan Taurat menggunakan mizwala syamsiah atau sundial untuk mengetahui waktu, dan ini telah digunakan oleh bangsa Mesir kuno. Sundial yang ia pakai berukuran kecil dan bisa dimasukkan ke dalam saku. Sementara Nabi Isa, peristiwa ilmu falak yang bisa dihubungkan yaitu adanya penanggalan Masehi dan hari paskah. Hari raya paskah menurut orang-orang Kristen adalah saat naiknya Isa al-Masih ke langit.

Periode sebelumnya, Nabi Kongzi (479-551 SM) dalam kepercayaan masyarakat China, menulis satu buku yang berkaitan dengan ilmu falak dan perbintangan, berisikan tentang rahasia-rahasia falakiyah dan perbintangan, serta upaya untuk mengetahui hal yang belum terjadi.

Adapun Nabi Muhammad sendiri, kontribusinya dalam ilmu falak adalah mengharamkan interkalasi pada tahun kesepuluh hijrah, yaitu ketetapan dalam setahun ada 12 bulan hijriah, dan ditetapkan empat bulan yang mulia, sebagaimana yang tersebut dalam Surah at-Taubat ayat 36-37. Maksud dari tahrim an-nasi’ atau interkalasi itu adalah menunda masuknya bulan haram, sehingga mereka orang Arab bermain-main dengan bulan hijriah, sesuai kehendak mereka, seperti berperang pada bulan yang semestinya diharamkan untuk berperang. Dalam kesempatan yang lain, Rasulullah juga menyatakan bahwa usia bulan qamariyah berkisar hanya dua kemungkinan, 29 hari atau 30 hari.

Setelah Nabi Muhammad, ada sejumlah sahabat yang tercatat sebagai ahli falak, antara lain: Umar bin Khattab yang meletakkan sistem penanggalan hijriah. Umar juga yang memerintahkan agar mempelajari ilmu tentang bintang guna mendapat petunjuk arah baik di laut maupun di darat. Umar bin Khattab menetapkan tahun hijriah pada 20 Jumadil Akhir tahun 17 H, dengan menetapkan tahun 1 Hijriah jatuh pada tahun dimana Rasulullah SAW hijrah dari Makkah ke Madinah, yaitu tiba di Quba pada Senin 8 Rabiul Awwal/20 September 622 M, sebagaimana ditahkik oleh Mahmud Basya al-Falaki. Sementara 1 Muharram 1 Hijriah-nya bertepatan 15 Juli 622 M, seperti yang ditahkik oleh Musthafa Muhammad al-Falaki.

Ali bin Abi Thalib, dalam kitab al-Fawaid fi ‘Ilm al-Bahr wa al-Qawa’id, disebutkan punya peran membuat syair tentang manzilah bulan (lunar mansions), Ibnu Umar yang pernah mengucapkan “bila di rumahku ada seseorang yang tidak mengetahui manzilah bulan, tidak kubiarkan dia tinggal di rumahku”, dan Ibnu Abbas yang pertama kali menemukan metode penentuan arah kiblat dengan hembusan angin. Hal ini sebagaimana yang ditulis oleh Abu Raihan al-Biruni tentang hubungan antara Ka’bah dengan angin. Al-Biruni bahkan menambahkan bahwa Ibnu Abbas dan Hasan Bashri telah mengetahui metode ini, sebagaimana yang dikutip David A. King dari kitab at-Tafhim dan Tahdid Nihayat al-Amakin li Tashih Masafat al-Masakin karya al-Biruni.

Ilmu Falak yang sampai ke kita saat ini merupakan perjalanan panjang dan terwariskan dari satu tokoh ke tokoh lain, dari satu daerah ke daerah yang lain, melintasi banyak ruang dan waktu. Mulai dari Hermes di Babilonia sampai ke para kiai di Indonesia. Bagaimana jejaring sanad keilmuan falak di Indonesia. Nantikan tulisan-tulisan berikutnya!

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *