NABI SAW MENAFSIR WASATHIYAH

waktu baca 3 menit
Minggu, 12 Mar 2023 13:26 0 148 Dr. Asrar Mabrur Faza, MA

حَدَّثَنَا يُوسُفُ بْنُ رَاشِدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ وَأَبُو أُسَامَةَ وَاللَّفْظُ لِجَرِيرٍ عَنِ الأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ .ح. وَقَالَ أَبُو أُسَامَةَ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ، قَالَ: ) قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: يُدْعَى نُوحٌ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيَقُولُ: لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ يَا رَبِّ، فَيَقُولُ: هَلْ بَلَّغْتَ؟ فَيَقُولُ: نَعَمْ، فَيُقَالُ لِأُمَّتِهِ: هَلْ بَلَّغَكُمْ؟ فَيَقُولُونَ: مَا أَتَانَا مِنْ نَذِيرٍ، فَيَقُولُ: مَنْ يَشْهَدُ لَكَ؟ فَيَقُولُ: مُحَمَّدٌ وَأُمَّتُهُ. فَيَشْهَدُونَ أَنَّهُ قَدْ بَلَّغَ: وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا فَذَلِكَ قَوْلُهُ جَلَّ ذِكْرُهُ: ﴿وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا﴾.[البقرة:143]. وَالوَسَطُ: العَدْلُ (

(Al-Bukhārī berkata): Yūsuf bin Rāsyid telah menyampaikan kepada kami, (ia berkata): Jarīr dan Abū Usāmah telah menyampaikan kepada kami, dan redaksi hadis adalah versi Jarīr, dari al-A‘masy dari Abū Ṣāliḥ. Abū Usāmah berkata: Abū Ṣāliḥ telah menyampaikan kepada kami, (ia berkata): Dari Abū Sa‘īd al-Khudrī, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: “Nabi Nuh (as.) dipanggil pada hari kiamat, dia menjawab: Labbaik wa sa‘adaik wahai Tuhanku. Tuhan berfirman: “Apakah kamu sudah sampaikan (risalah-Ku)?”. Nuh (as.) menjawab: Ya, sudah. Selanjutnya ditanyakan (pula) kepada kaumnya: “Apakah dia telah menyampaikan (risalah-Ku) kepada kalian?.” Mereka menjawab: Tidak ada seorang nażīr pun yang datang kepada kami. Tuhan berfirman: “Siapa yang menjadi saksimu?. Nuh as. Menjawab: Muhammad dan umatnya. Maka mereka (umat Islam) akan bersaksi bahwa Nuh telah menyampaikan (risalah Allah). Rasulullah saw. akan menjadi saksi atas kalian. Itulah firman Allah: “Demikianlah Kami jadikan kalian sebagai umat yang wasaṭ agar kalian menjadi saksi atas manusia (lainnya). Dan Rasul menjadi saksi atas kalian.” (QS. Al-Baqarah/2: 143), dan wasaṭ: keadilan.”

Hadis ini ditakhrīj dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī karya Al-Bukhārī, Kitāb Tafsīr al-Qur’ān (65), Bāb Qaulihi Ta‘āla Wa Każālika Ja‘alnākum Ummatan Wasaṭan (QS. 2: 143) (13), nomor hadis 4487. (Al-Bukhārī, 2002: 1100.)

Wasath: Adil

Nabi Muhammad Saw, menafsirkan kata wasaṭ (moderat) di sini dengan al-‘adlu (adil). Sehingga ayat 143 surah al-Baqarah di atas, bisa diterjemahkan menjadi: “Demikianlah Kami jadikan kalian (umat Islam) sebagai umat yang adil, agar kalian menjadi saksi atas manusia (lainnya). Dan Rasul menjadi saksi atas kalian.” Sisi adil inilah yang merupakan karakter khas umat Islam di hadapan umat lain (umat Nuh dan segala umat di muka bumi), dan adil juga menjadi karakter khas Nabi Muhammad Saw. di hadapan umatnya sendiri, umat Islam.

Al-Khath al-Ausath = Jalan Allah


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ مُحَمَّدٍ، حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الأَحْمَرُ، عَنْ مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ:عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: كُنَّا جُلُوسًا عِنْدَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم، فَخَطَّ خَطًّا هَكَذَا أَمَامَهُ، فَقَالَ: (هَذَا سَبِيلُ اللهِ) وَخَطَّيْنِ عَنْ يَمِينِهِ، وَخَطَّيْنِ عَنْ شِمَالِهِ قَالَ: (هَذِهِ سَبِيلُ الشَّيْطَانِ) ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ فِي الْخَطِّ الأَوْسَطِ، ثُمَّ تَلاَ هَذِهِ الآيَةَ: ﴿وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ، وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ، فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ، وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ﴾. [الانعام: ١٥٣]

(Imam Aḥmad berkata): ‘Abdullāh bin Muḥammad telah menyampaikan kepada kami, (ia berkata): Abū Khālid al-Aḥmar telah menyampaikan kepada kami, dari Mujālid dari al-Sya‘bī. Dari Jābir, ia berkata: Saat kami duduk bersama dengan Nabi saw. Beliau membuat satu garis di depannya. Lantas berkata: “Ini adalah jalan Allah.” Beliau membuat dua garis di samping kanan garis pertama, dan dua garis lagi di samping kirinya, seraya berkata: “Ini adalah jalan Setan,” kemudian Beliau meletakkan tanggannya di atas satu garis yang berada di tengah, kemudian membacakan ayat al-Qur’an: Sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah. Janganlah kamu ikuti jalan-jalan lainnya, nanti kamu akan berselisih dari jalan-Nya, demikianlah Tuhan mewasiatkan kepadamu, semoga kamu bertakwa. (QS. Al-An‘am: 153)

Hadis ini ditakhrīj dalam kitab al-Musnad karya Aḥmad bin Ḥanbal, Musnad al-Mukṡirīn min al-Ṣaḥābah, Musnad Jābir bin ‘Abdillāh raḍiyallāhu ‘anhu, hadis nomor 15277. Kualitas: Ḥasan li ghairihi.

Nabi Muhammad Saw. menvisualkan penafsirannya terhadap surat al-An‘am ayat 153 tentang moderasi. Bagi Nabi Muhammad Saw, moderat diibaratkan seperti seseorang yang berada di garis/jalan tengah. Sebab jalan tengah itu adalah jalan Allah (sabīlullāh) dan jalan yang lurus (ṣirāṭ mustaqīm). Bukan dua garis di kanan dan kiri, sebab itu adalah jalan Setan (sabīl Syaitan), dan jalan pertikaian serta perpecahan dari jalan Allah yang lurus.

Dr. Asrar Mabrur Faza, MA

Dosen Ilmu Hadis IAIN Langsa

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *