Berasal dari Keturunan yang “Moderat”
عَنْ أَبِي عَمَّارٍ شَدَّادٍ أَنَّهُ سَمِعَ وَاثِلَةَ بْنَ الْأَسْقَعِ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ اللهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ. وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ. وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ. وَاصْطَفَانِي مِنْ بَنِي هَاشِمٍ»
Dari Abī ‘Ammār Syaddād: Bahwasanya dia telah mendengar Wāṡilah bin al-Asqa‘ berkata: Aku pernah mendengarkan Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya Allah telah memilih Kinānah dari anak cucu Isma‘il, memilih Suku Quraisy dari Kinānah, memilih Bani Hāsyim dari suku Quraisy, dan Allah telah memilihku dari Bani Hāsyim.”
Hadis ini ditakhrīj dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim karya Muslim, Kitāb al-Faḍā’il (43), Bāb Faḍl Nasab al-Nabī Ṣallallāhu ‘alaihi wa Sallam wa Taslīm al-Ḥajar ‘alaihi Qabla al-Nubuwwah (1), hadis nomor 2276. (Muslim, 1998: 1249).
Hadis tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah Saw. adalah manusia pilihan Allah. Manusia pilihan dari keluarga, suku dan keturunan terpilih. Ini sesuai makna moderasi menurut para pakar bahasa dan pakar-pakar tafsir yang tidak hanya mengartikan moderat dengan terbaik, tetapi juga terpandang, terhormat dan mulia. Ini pula maksud dari ungkapan penggambaran terhadap Nabi Muhammad Saw.: Innahu min ausaṭ qaumihi jinsan, maksudnya: Beliau saw. adalah orang yang memiliki nasab terbaik, sebab orang Arab menyebut seseorang fāḍil (terpandang) karena nasab (keturunan)nya. (Abū Isḥāq al-Zujāj, I/1988: 219) (Ibn Manẓūr, VI: 4833).
Perawakan yang “Moderat”
عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ، قَالَ:سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ، يَصِفُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: كَانَ رَبْعَةً مِنَ القَوْمِ، لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلاَ بِالقَصِيرِ، أَزْهَرَ اللَّوْنِ، لَيْسَ بِأَبْيَضَ أَمْهَقَ وَلاَ آدَمَ، لَيْسَ بِجَعْدٍ قَطَطٍ وَلاَ سَبْطٍ رَجِلٍ. أُنْزِلَ عَلَيْهِ وَهُوَ ابْنُ أَرْبَعِينَ، فَلَبِثَ بِمَكَّةَ عَشْرَ سِنِينَ يُنْزَلُ عَلَيْهِ، وَبِالْمَدِينَةِ عَشْرَ سِنِينَ، وَقُبِضَ وَلَيْسَ فِي رَأْسِهِ وَلِحْيَتِهِ عِشْرُونَ شَعَرَةً بَيْضَاءَ. قَالَ رَبِيعَةُ: فَرَأَيْتُ شَعَرًا مِنْ شَعَرِهِ فَإِذَا هُوَ أَحْمَرُ، فَسَأَلْتُ، فَقِيلَ: احْمَرَّ مِنَ الطِّيبِ
Dari Rabī‘ah bin Abī ‘Abd al-Raḥmān, ia berkata: Aku pernah mendengar Anas bin Malik bercerita tentang perawakan Nabi saw, ia berkata: “Beliau adalah seorang laki-laki dari suatu kaum yang (tubuhnya) tidak tinggi dan juga tidak pendek. Kulit beliau terang, tidak terlalu putih dan tidak pula terlalu kecoklatan. Rambut beliau tidak terlalu keriting dan tidak lurus. (Wahyu) diturunkan kepada beliau saat berusia empat puluh tahun, lalu berada di Mekah selama sepuluh tahun kemudian diturunkan (wahyu lagi), dan (menetap) di Madinah selama sepuluh tahun. Beliau wafat, sementara tidak ada rambut yang beruban di kepala dan jenggot beliau (lebih dari) dua puluh helai.” Rabi‘ah berkata: Aku pernah melihat sehelai rambut dari rambut beliau yang berwarna merah lalu kutanyakan (tentang itu). Maka dijawab: “Warna merah itu berasal dari minyak rambut.”
Hadis ini ditakhrīj dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī karya Al-Bukhārī, Kitāb al-Manāqib (61), Bāb Ṣifah al-Nabī Ṣallallāhu ‘alaihi wa Sallam (23), nomor hadis 3547. (Al-Bukhārī, 2002: 875).
Sebagai seorang sahabat yang telah 10 tahun membersamai Nabi Muhammad Saw, Anas bin Mālik, tentu termasuk orang yang dinilai paling objektif dalam menggambarkan bentuk dan postur Nabi yang mulia ini. Penggambaran Anas tentang ukuran tubuh Nabi Saw. yang tidak tinggi dan tidak pendek, warna kulit yang tidak terlalu putih dan tidak pula terlalu kecoklatan, serta rambut yang tidak terlalu keriting dan tidak lurus, adalah jelas menunjukkan makna moderat, yaitu bentuk yang sedang atau menengah.
Akhlak yang “Moderat”
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ. قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ. وَكَانَ أَجْوَدَ النَّاسِ. وَكَانَ أَشْجَعَ النَّاسِ.
Dari Anas bin Mālik, ia berkata: Rasulullah saw. adalah manusia yang paling baik, paling dermawan dan orang yang paling berani.
Hadis ini ditakhrīj dalam kitab Ṣaḥīḥ Muslim karya Muslim, Kitāb al-Ṭalāq (18), Bāb Bayān Anna al-Takhyīr Imra’atihi lā Yakūnu Ṭalāqan illā bi al-Niyah (4), hadis nomor 2307. (Muslim, 1998: 1262).
Hadis ini menunjukkan tentang arti lain dari kata wasaṭiyah (moderasi). Dalam tradisi folklor Arab, kata wasaṭ (asal kata wasaṭiyah) dimaknai dengan khiyār (orang-orang yang terbaik, terpandang dan terhormat). (Ibn Ḥajar, VIII/1379 H: 172).
Rasulullah Saw. adalah (aḥsan al-nās) manusia yang terbaik akhlaknya. Inilah yang dirasakan sendiri oleh Anas bin Mālik ra. Dikatakan bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah mencurigai, menyinyiri, ataupun mempertanyakan apa saja yang dilakukan Anas bin Mālik ra. selama 10 tahun menjadi asisten Beliau Saw.
Rasulullah Saw. adalah (ajwad al-nās) orang yang paling pemurah dan sangat dermawan, terlebih selama bulan Ramadhan. Kemurahan hati dan kedermawanan beliau, diibaratkan seperti melebihi kecepatan angin yang berhembus.
Rasulullah Saw. juga (asyja’ al-nās) orang yang paling berani. Pernah suatu malam, ketika penduduk Madinah dikejutkan oleh suatu suara. Rasulullah Saw. pun meminjam kuda Abu Talhah, lalu memacunya dengan kencang ke arah sumber suara. Baru saja penduduk Madinah mau bergerak untuk mengetahui apa yang terjadi, Rasulullah Saw. tampak sudah kembali sumber suara tersebut, lalu bersabda: “Kalian tidak perlu terkejut!”, maksudnya: “Kalian tenang saja!” Kisah dan penjelasan itu adalah kelanjutan dari redaksi hadis di atas dan hadis-hadis sesudahnya yang dirilis dalam Ṣaḥīḥ Muslim. Wallahu a‘lam
Tidak ada komentar