Aktualisasi Sumpah Tuhan dalam Surat Al-‘Adiyat Ayat 1-5 Perspektif Prof Quraish Shihab

waktu baca 4 menit
Minggu, 5 Feb 2023 10:40 0 860 admin

Prof Quraish Shihab menjelaskan, surat Al-‘Adiyat ayat 1-5 merupakan gambaran mendadaknya kedatangan hari Kiamat seperti mendadaknya serangan tentara berkuda.  

Qasam atau sumpah merupakan salah satu uslub yang berfungsi menetapkan dan menguatkan informasi dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Az-Zarkasi dalam kitabnya Al-Burhan. (Badruddin Az-Zarkasi, Al-Burhan Fi Ulumil Qur’an, [Beirut, Dar Ihya: 1957], juz III halaman 40).  

Syekh Manna’ Al-Qathan (wafat 1420 H) menjelaskan, qasam‎ dalam Al-Qur’an digunakan untuk menghilangkan keraguan, membatalkan syubhat, menegakkan argumentasi, menekankan berita dan menetapkan hukum dalam bentuk yang paling sempurna. (Manna Al-Qathan, Mabahits Fi Ulumil Qur’an, [Saudi Arabi:​​​​​​, Maktabah Ma’arif: 2000 ] halaman 302).  

Penjelasan di atas memberikan pemahaman, sebenarnya yang terpenting adalah subyek sumpahnya (muqsam alaih atau disebut juga jawab qasam). Artinya subyek sumpahlah yang ditetapkan dan dikuatkan, sehingga perlu mengunakan sumpah. Namun perlu diyakini bahwa obyek sumpah dalam Al-Qur’an pasti mempuyai keutamaan dan kemanfaat tersendiri, sehingga dijadikan sebagai obyek sumpah oleh Allah. Menurut Az-Zarkazi ketika Allah bersumpah dengan makluknya, itu karena keutamaan atau kemanfaatannya. (Az-Zarkas, Al-Burhan, juz III halaman 42).

Semisal dalam surat Al-‘Adiyat ayat 1 -5:

   وَالْعٰدِيٰتِ ضَبْحًاۙ (1) فَالْمُوْرِيٰتِ قَدْحًاۙ (2) فَالْمُغِيْرٰتِ صُبْحًاۙ (3) فَاَثَرْنَ بِهٖ نَقْعًاۙ (4) فَوَسَطْنَ بِهٖ جَمْعًاۙ (5)

Artinya, “(1) Demi kuda-kuda perang yang berlari kencang terengah-engah, (2) yang memercikkan bunga api (dengan entakan kakinya), (3) yang menyerang (dengan tiba-tiba) pada waktu pagi (4) sehingga menerbangkan debu, (5) lalu menyerbu ke tengah-tengah kumpulan musuh.”  

Para mufasir, semisal Syekh Thantawi (wafat 2010), menjelaskan keutamaan muqsam bih (obyek sumpah) kuda yang digunakan untuk jihad fi sabilillah, karena manfaatnya untuk digunakan dalam hal agama ataupun dunia. Berikut selengkapnya

وقد أقسم- سبحانه- بالخيل المستعملة للجهاد في سبيله، للتنبيه على فضلها، وفضل ربطها، ولما فيها من المنافع الدينية والدنيوية، ولما يترتب على استعمالها في تلك الأغراض من أجر وغنيمة، ومن ترويع لجموع المشركين، وتمزيق لصفوفهم

Artinya, “Allah bersumpah dengan kuda yang digunakan untuk jihad fi sabilillah untuk mengingatkan keutamannya dan keutamaan memeliharanya, karena terdapat beberapa manfaat diniyah (agama) dan dunyawiyah (dunia). Sebab mengunakannya untuk jihad akan mendatangkan pahala, ghanimah, mengejutkan, memecah belah dan mengacaukan gerombolan dan barisan musuh.” (Muhammad Sayyid Thanthawi, Tafsirul Washit, [Kairo, Dar Nahdlah: 1997], juz XV, halaman 484).  

Prof Quraish Shihab pakar tafsir Indonesia dalam bukunya Tafsir Al-Misbah menjelaskan, surat Al-‘Adiyat 1-5 merupakan gambaran mendadaknya kedatangan hari Kiamat. Seperti mendadaknya serangan tentara berkuda di tengah kelompok yang merasa kuat, tetapi ternyata mereka diporakporandakan.  

Sejauh pelacakan penulis, dalam kitab-kitab tafsir turats belum ada penafsiran ayat seperti pandangan Quraish Shihab seperti di atas. Mayoritas mufasir tidak mengaitkan muqsam bih (obyek sumpah) dalam ayat-ayat di atas dengan hari kiamat, karena muqsam alaih dari qasamnya adalah ayat berikutnya yaitu:

   اِنَّ الْاِنْسَانَ لِرَبِّهٖ لَكَنُوْدٌ

Artinya: “sesungguhnya manusia itu sangatlah ingkar kepada Tuhannya.”  

Tidak ditemukan juga dalam Al-Qur’an Allah bersumpah dengan hari Kiamat. Sebagaimana dijelaskan para ulama, obyek sumpah dalam Al-Qur’an kalau bukan dengan zat Allah sendiri, ya dengan mahluk-mahluk-Nya. Dengan demikian, berarti Prof Quraish Shihab menjadikan ayat-ayat di atas dipahami sebagai gambaran tentang men​​​​​​dadakn​​​​​ya kehadiran hari Kiamat sebagai muqsam bih atau obyek sumpah.  

Berangkat dari itu beliau mengatakan: “Permisalan yang dikemukakan ayat-ayat di atas mendadaknya serangan tentara berkuda, boleh jadi tidak berkenan atau berkesan di hati sebagian orang yang hidup pada abad ke-20 ini. Abad ini adalah abad peluru kendali, senjata nuklir dan perang bintang, sehingga dapat saja kesan itu mengantar kepada pernyataan bahwa apa yang diungkapkan Al-Qur’an sudah ketinggalan zaman.”  

Terakhir ia mengatakan: “Penulis menyarankan kepada semua pihak yang membaca Al-Qur’an agar tidak bersifat egoistis dengan mengharapkan gambaran serta petunjuk-petunjuk Al-Qur’an ditujukan untuk dirinya atau generasinya saja. Al-Qur’an turun kepada masyarakat abad ke-6, juga abad ke-20 dan abad-abad selanjutnya”.   

Masing-masing dapat memetik petunjuk-petunjuk yang bermanfaat serta nilai-nilai yang terkandung dalam redaksi petunjuknya, seandainya pesan harfiahnya tidak sejalan dengan pengalaman hidup atau perubahan sosial mereka. Apalagi memang tidak ada suatu ajaran— yang universal sekalipun—yang menguraikan ide dan nilai-nilai ajarannya dengan memberikan contoh-contoh yang seluruhnya bersifat universal pula, atau mengemukakannya dengan bahasa yang dipahami atau digunakan oleh seluruh manusia, seluruh generasi, kapan dan di manapun mereka berada.” (M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, [Lentera Hati, Cilandak Timur Jakarta: 2005], volume XV, halaman 464-465).  

Tampaknya Prof Quraish dengan penjelasannya itu ingin mengaktualisasi kandungan Al-Qur’an agar tetap berkenan dan berkesan untuk orang-orang yang hidup di zaman ini. Namun demikian​​​​​​, hemat penulis, sSebenarnya hal itu tidak diperlukan jika dari awal pembaca Al-Qur’an memahami obyek sumpahnya adalah kuda yang digunakan untuk jihad fi sabilillah, bukan tentang​mendadaknya kehadiran hari Kiamat. (nu.or.id).


Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *