Kesaksian Bulan Rajab atas Perubahan Arah Kiblat

waktu baca 3 menit
Sabtu, 4 Feb 2023 07:03 0 1619 admin

Rajab merupakan salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT, selain Muharram, Dzul Hijjah, dan Dzul Qa’dah. Rajab merupakan bulan taubat, bulan dianjurkan memperbanyak membaca Istighfar.

Selain memiliki keistimewaan, bulan Rajab syarat akan historis. Termasuk peristiwa penting yang terjadi pada bulan Rajab, pergantian kiblat yang awalnya Masjid Aqsha berubah ke arah Ka’bah.

Wahbah Zuhaili menjelaskan pada al-Munir, dalam fiqhul ayat Surah al-Baqarah Ayat ke 142-143,

سَيَقُولُ السُّفَهاءُ مِنَ النَّاسِ ما وَلاَّهُمْ عَنْ قِبْلَتِهِمُ الَّتِي كانُوا عَلَيْها قُلْ لِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ يَهْدِي مَنْ يَشاءُ إِلى صِراطٍ مُسْتَقِيمٍ (142) وَكَذلِكَ جَعَلْناكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِتَكُونُوا شُهَداءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيداً وَما جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِي كُنْتَ عَلَيْها إِلاَّ لِنَعْلَمَ مَنْ يَتَّبِعُ الرَّسُولَ مِمَّنْ يَنْقَلِبُ عَلى عَقِبَيْهِ وَإِنْ كانَتْ لَكَبِيرَةً إِلاَّ عَلَى الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ وَما كانَ اللَّهُ لِيُضِيعَ إِيمانَكُمْ إِنَّ اللَّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُفٌ رَحِيمٌ (143)

“Orang-orang kurang akal di antara manusia akan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (muslim) dari kiblat yang dahulu mereka (berkiblat) kepadanya?” Katakanlah (Muhammad), “Milik Allah-lah timur dan barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus. (142). Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) “umat pertengahan” agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang (dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya melainkan agar Kami mengetahui siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang kepada manusia. (143)”

Bahwa setelah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya berhasil hijrah ke kota Madinah, sekiranya setelah enam belas bulan atau tujuh belas bulan, Masjidil Aqsha saat itu menjadi kiblat berubah menuju Ka’bah, tepat sebelum terjadinya perang Badr. Demikian menurut riwayat Bukhari dalam shohihnya, lebih detail menurut Sa’id Ibnu Musayyab yaitu dua bulan sebelum terjadinya perang Badr. (Wahbah Zuhaili, 2/12)

Masih dalam al-Munir, bahwa para ulama berbeda pendapat tentang kiblat pertama kali saat diperintahnya Shalat kepada Nabi Muhammad SAW, apakah Makkah atau Baitul Maqdis?

Menurut Ibnu Abbas, bahwa kiblat pertama adalah Baitul Maqdis kemudian selama tujuh belas bulan di Madinah, Allah SWT merubah Ka’bah menjadi kiblat Umat Islam. Sedang menurut Ibnu Abdul Barr, kiblat saat diwajibkan sholat berada di Ka’bah, selama Nabi Muhammad SAW menetap di Makkah, sama seperti apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as.

Lantas mengapa Nabi berkiblat ke Baitul Maqdis? Masih menurut Wahbah Zuhaili, Nabi menjadikan Baitul Maqdis sebagai kiblat saat setelah hijrah, untuk dapat mengambil simpati kaum Yahudi di Madinah dan supaya dapat berdakwah dengan mudah, karena kiblat mereka Baitul Maqdis. Sayangnya kaum Yahudi masih keras kepala, seketika Nabi Muhammad SAW ingin berpindah kiblat sholat ke arah Ka’bah, dan juga sebagai bukti cinta beliau kepada Ka’bah seraya menengadah ke langit.

Salah satu riwayat yang dikutip oleh Wahbah Zuhaili, riwayat Ibnu Umar tentang detik-detik perubahan kiblat. Bahwa saat masyarakat pada waktu sholat shubuh di desa Qaba’ (sebelah barat Arab Saudi), tiba-tiba ada seseorang yang mendatangi mereka, seraya berkata “Tadi malam Rasulullah SAW telah menerima Firman Allah SWT, memerintahkan Nabi untuk menghadap ke Ka’bah (sebagai Kiblat) sehingga mereka menghadap Ka’bah, padahal kondisi mereka menghadap arah Syam (Negara Syuriah) maka mereka langsung berputar menghadap arah Ka’bah.

Sekiranya demikian keterangan, bahwa Rajab merupakan saksi perubahan kiblat umat Islam dari Masjidil Aqsa ke Baitullah Ka’bah. Lebih detail lagi banyak peristiwa yang terjadi pada bulan Rajab, sampai Ibnu Hajar al-Ashqalani perlu menulis secara khusus dalam kitab berjudul Tabyin al-‘Ujb Bima Warada fi Shahri Rajab, yang berisikan hadis-hadis Nabi tentang bulan Rajab. (arrahim.id).

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *