Amirul mukminin Sayyidina Umar bin Khattab suatu saat berjalan santai menyusuri jalan sempit kota Madinah. Kebiasaan ini kerap ia lakukan di siang bahkan malam hari. Dengan ayunan langkah gontai dan pasti beliau menyusuri setiap sudut kota itu tanpa lelah seraya mengamati situasi disekitarnya.
Tiba-tiba ada seorang pemuda datang menghadap beliau dengan gaya yang aneh.
Karena tampak ada yang janggal dibalik baju pemuda itu, Sayyidina Umar Bin Khattab bertanya pada pemuda itu:
“Sepertinya ada yang aneh darimu !!!”
“Apakah engkau sedang menyembunyikan sesuatu dariku ???”
“Apa yang ada dibalik bajumu itu anak muda?”
Pemuda itu tersentak kaget mendengar pertanyaan khalifah Umar bin Khattab. Ia hanya bisa merunduk pasrah dengan kaki yang amat gemetar. Ia panik dan bingung harus menjawab apa. Meski mabuk menjadi rutinitas hariannya, tetapi untuk menjawab dengan jujur “Arak”, ia merasa sungkan dan malu.
“Apa yang ada dibalik bajumu itu anak muda?” Tanya khalifah Umar sekali lagi.
Pemuda itu tetap saja diam mematung sembari berkomat lirih dengan mata yang penuh khidmat dan khusyuk menghadap tanah, seakan itu hari terakhir bagi hidupnya.
“Duhai Tuhanku !!! Aku mohon jangan engkau permalukan aku dihadapan Sayyidina Umar, jangan engkau bongkar kedokku dihadapannya. Lindungi aku kali ini saja, Aku berjanji setelah ini aku tidak akan minum bahkan menyentuh arak lagi”.
Sambil mata yang terus melotot ke arah depan, lantas pemuda itu menjawab :
“Wahai Amirul Mukminin !!! Yang ku sembunyikan dibalik bajuku dari tadi adalah cuka”.
“Tampakkan padaku hingga aku melihatnya”. Pinta Sayyidina Umar tegas.
Lalu dengan keyakinan yang dibalut pasrah, penuh pemuda itu menyingkap bajunya dan menyerahkan botol yang berisi arak itu kepada sang khalifah.
Maka dengan izin Allah, arak itu seakan tampak di mata khalifah hanya berupa air cuka. (lbm.mudi.com)
Referensi :
Kitab Mukasyafatul Qulub, Imam al-Ghazali, 27-28.
Tidak ada komentar